Rabu, 06 Agustus 2014

METODE PENGAJARAN KURIKULUM 2013 MENGGUNAKAN METODOLOGI PENGAJARAN PARTISIPATORIS

Jakarta (Dikdas): Metode pembelajaran berbasis eksperimen yang menuntut siswa mengajarkan kembali materi yang dipraktikkan kepada siswa lain sangat baik diterapkan di sekolah. Sebab, metode tersebut berdampak pada sangat tingginya daya serap dan lekat keilmuan dalam memori siswa.


Demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Mohammad Nuh, DEA saat memberikan sambutan pada Halal bi Halal Keluarga Besar Kemdikbud di Plasa Insan Berprestasi Gedung Ki Hajar Dewantara, Kompleks Kemdikbud, Senayan, Jakarta, Selasa siang, 5 Agustus 2014. Hadir dalam acara semua pejabat eselon I, II, III, dan IV di lingkungan Kemdikbud.

Mohammad Nuh mengatakan, dalam piramida pembelajaran, ada dua jenis metode pengajaran yaitu passive teaching methodology dan participatory teaching methodology. Keduanya terkait daya serap siswa terhadap materi belajar.

Pada metode pertama, aktivitas yang masuk dalam kelompok pasif ini adalah belajar sendiri, membaca, audio-visual, dan demonstrasi. Dengan belajar sendiri, ilmu yang dapat melekat dalam memori anak hanya 5%. “Membaca hanya punya kontribusi 10 persen,”ujar Mohammad Nuh. Audio-visual berkontribusi 20% dan demonstrasi 30%.

Pada metode kedua, kontibusi 50% diberikan oleh diskusi kelompok. Kontribusi 75% disumbang praktik/eksperimen. Sedangkan penyampaian kembali materi kepada siswa lain berkontribusi 90%. “Apa yang kita gagas dalam Kurikulum 2013, yaitu mulai dari mengamati, bertanya, memikirkan, eksperimen, mencoba, sampai pada akhirnya menyampaikan atau mengomunikasikan pada dasarnya kelompok teaching berbasis participatory,” tegasnya.

Mohammad Nuh kemudian menceritakan aspek teologis dari penggunaan metode itu. Sekitar tahun 2005-2006, ia mengunjungi K.H Abdullah Faqih, pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Abdullah Faqih, kenangnya, menyampaikan pentingnya pengamalan dan pengajaran ilmu kepada orang lain. Ia mengutip sebuah hadis yang mengatakan bahwa jika orang dikaruniai ilmu lalu mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain, maka Allah SWT akan mengajarkan apa yang belum diketahuinya.

Dalam acara halal bi halal itu Mohammad Nuh menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pegawai Kemdikbud. Ia pun berpamitan karena pada Oktober mendatang ia akan mengakhiri masa jabatannya dalam Kabinet Indonesia Bersatu II.

Menurut Sekretaris Jenderal Kemdikbud Prof. Ainun Na’im, Ph.D., halal bi halal bertujuan meningkatkan tali silaturahmi di antara para pegawai Kemdikbud. Acara ini, katanya, akan meningkatkan kualitas hubungan kerja. “Dan insya Allah akan meningkatkan layanan kita kepada masyarakat di bidang pendidikan dan kebudayaan,” ujarnya.

Acara halal bi halal juga diisi ceramah oleh Nurul Qomar, anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Mantan komedian ini menyampaikan materi tentang pentingnya mengkaji Al-Qur’an dan menjalankan salat. “Salat yang ditegakkan dengan benar akan berpengaruh psikologis pada pelakunya,” ucapnya. Ceramah disisipi dengan guyonan yang membuat hadirin tertawa terpingkal-pingkal.* (Billy Antoro)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar